MANTAN KEKASIH

Tangannya terus kugenggam erat sambil kupandangi wajahnya yang ayu berseri-seri. Ah tak pernah bosan aku dibuatnya. Wajahnya bisa kupandangi selama yang kumau, tangannya bisa kugenggam erat seerat yang aku pinta, keningnya bisa aku cium kapan saja aku mau. Semua itu baru bisa aku dapatkan sekarang, bukan tiga bulan yang lalu. Tiga bulan yang lalu terasa begitu berbeda diawal aku berjumpa dengannya. Aku terus mengamatinya lewat kaca dalam mobilku. Aku dikenalkan Ina, saudara sepupuku, dengannya di dalam mobil. Aku tidak mempunyai kesempatan melihat wajahnya dengan baik di dalam mobil. Di mobil, kita sudah saling melontarkan pertanyaan satu sama lain. Sambil sesekali Ina menggodaku dengannya. “Masih buka pendaftaran loh mas, gimana tertarik mendaftar?” Aku merasa tertantang oleh guyonan Ina, aku berusaha membalas guyonan itu “ Tertarik sih, tapi persyaratannya mudah gak?” “Gimana tuh ditanyain Mas Adi, mudah gak persyaratannya” Aku meliriknya lewat kaca kecil dalam mobilku, tapi lagi lagi tak jelas wajahnya tergambar di bawah temaram lampu kota yang menembus seadanya masuk dalam mobilku. Jelas Ia terserang pertanyaan Ina. Ia tentu berfikir untuk mengembalikan pertanyaan itu. Selang beberapa saat, “ Mmm … mudah aja sich, buat aku yang penting 3M” “apa itu?” secara bersamaan aku dan Ina bertanya kompak. “Hehehe … pada penasaran yah, oke deh 3M adalah Menarik, Matang dan Mapan.” “Tuh mas Adi, gimana masih mau maju enggak?” Ina kembali menyerangku. “Wah standarnya tinggi betul yah” akupun memberi komentar seadanya. “Jangan salah loh mas, sebenarnya 3M diatas tidaklah susah. Tapi tidak mudah juga sich hehehe” “Yah gimana sich, kok jadi bertele-tele” tukas Ina “Maksudku, 3M itu mudah bagi orang yang berniat sepenuh hati mendapatkan sesuatu. Tidak akan dirasakan beratnya cobaan dan rintangan jika memang niatnya sudah membatu. Justru rasa susah payah dan letih dirasakan sebagai kenikmatan yang luar biasa baginya. Namun sebaliknya hal yang mudah sekalipun akan terasa sulit bagi orang yang tidak mempunyai kemauan yang sungguh-sungguh. Di sisi lain akupun akan terus memperbaiki diri untuk menjadi yang terbaik jika memang ingin mendapatkan yang terbaik. Toh juga, 3M itu semua relatif. Tidak ada pakem tertentu pada masing-masing M itu. Mungkin orang yang biasa-biasa bagi orang lain tapi terlihat menarik buat aku. Itu bisa saja terjadi. Waduh waduh waduh …. Aku kok kayak konferensi pers hehehe” Subhanallah, jawaban yang luar biasa. Tiba-tiba ada rasa penasaran yang menderu-deru dalam hatiku. Ingin kulihat detail wajah gadis yang satu ini. Gadis yang pandai, berprinsip dan berpakaian muslimah. Secara sembunyi-sembunyi aku menyimpan kekaguman yang mendalam kepada gadis yang belum jelas aku lihat wajahnya ini. Aku masih ingin bercakap cakap dengannya, tapi tempat tujuan kami sudah di depan mata. Beberapa keluarga telah berada di tempat itu. Acara tahunan ini memang biasa dilakukan di tempat ini. Nuansa alam terbuka dekat dengan pantai membuat pertemuan keluarga menjadi santai dan asoy. Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, jantungku berdegup-degup kencang sepanjang acara berlangsung. Keinginan untuk dekat dengan gadis itu begitu menggebu-gebu. Cahaya lampu pantai losari ditambah dengan jarakku dengannya yang berjauhan membuat aku tidak cukup puas melihat wajahnya yang tersembunyi dibalik jilbabnya. Acara selesai, tapi hatiku tidak selesai bertalu-talu merengek meminta melihat wajahnya kembali. Aku menunggu saat – saat masuk mobil untuk pulang, tapi sayang seribu sayang Ina dan dia tidak pulang bersamaku lagi. Kesempatan itu tidak datang untuk yang kedua kalinya. Mungkin pertemuan itu menjadi pertemuan pertama dan terakhir. Aku tidak pernah tahu. Hanya Allah yang tahu apapun yang terjadi satu detik kedepan. Aku didalam mobil sendirian sambil terus diliputi rasa penasaran yang maha dahsyat. Aku ingin mengingat-ingat kembal momentum yang baru saja terjadi. Jawaban-jawabannya yang sistematis dan logis, suaranya yang lembut bak suara biola yang di mainkan Gito Rollies, mengayun lembut mendamaikan hati, serta namanya yang pasti tidak akan kulupa. Dalam bahasa arab namanya berarti kebaikan. Nama panggilannya yang enteng diucapkan membuat orang dengan sangat mudah menghafal namanya. Khaeriah, berarti kebaikan. Kebaikan yang diharapkan kedua orang tua kepadanya. Pemberian nama itu sebagai washilah dan pengharapan orang tua kepada anaknya.
Begitulah mas Adi menceritakan kisah pertemuannya dengan mantan kekasihnya Ria. Dulu Mas Adi mencintai Ria dengan sepenuh hati, kini mas Adi mencintainya dengan sepenuh jiwa dan raganya. Dulu mas Adi bilang aku disini menunggumu, namun kini mas Adi bilang terlanjur cinta katanya. Ria memang bukan kekasihnya mas Adi lagi, Ria sudah menjadi mantan kekasihnya mas Adi karena sekarang Ria adalah istri tercinta mas Adi. Di dalam mobil itu Mbak Ria mengiyakan segala apa yang diceritakan mas Adi. Kadang sesekali menambahkan dan memprotes apa yang menurutnya salah. Bandara masih sekitar dua kilometer lagi, aku masih asyik mendengarkan cerita mas Adi dan mbak Ria seputar pertemuannya dulu. Dalam hati aku sedih karena akan meniggalkan Makassar. Daerah yang baru saja kukunjungi sekitar 3 hari yang lalu, kini sudah harus kembali ke jogja. Keramahan mas dan mbak Ria, ramahnya teman-teman yang baru saja kukenal disana, dan nuansa yang berbeda yang aku tertarik mengamatinya membuat aku merasa nyaman sekaligus terasa berat untuk meninggalkan ujung pandang. Ada pertemuan memang pasti ada perpisahan, sementara ada perpisahan belum tentu ada pertemuan. Itu sudah hukum alam yang tidak bisa dipungkiri. Walau bagaimanapun aku mensyukuri telah diberi kesempatan singgah di salah satu pulau terbesar di Indonesia. 1 kilo meter menuju bandara, tiba – tiba saja ada perasaan yang menggelitik dalam dada. Dalam benak ku maksimal seorang pria menikah itu tidak lebih dari umur 30 tahun. Usiaku sekarang adalah 22, jadi sekitar 8 tahun lagi aku punya waktu untuk senidiri. Delapan tahun lagi aku harus sudah sukses secara finansial dan pekerjaan. Maka selama delapan tahun aku harus bekerja keras mendapatkan cita, serta selama delapan tahun itulah aku harus meredam cinta. Cita terlebih dahulu, baru kemudian cinta. Bandara sudah di depan mata, Mas Adi dan Mbak Ria sudah siap – siap akan melepasku pulang di pintu masuk check in. Seketika itu juga semangat dan harapan muncul berlarian di kepalaku berteriak sangat keras “8 tahun!!”

“delapan tahun mengejarku”

Krapyak, 4.31 WIB 6 Mei 2009

Gambar diambil dari: sini